Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono menerima senjata hasil penyelundupan yang berhasil digagalkan oleh pasukan Gugus Tempur Laut Armada RI Kawasan Timur (Guspurlatim). Foto: ISTIMEWA |
Penyerahan senjata hasil penyelundupan itu dilakukan Danguspurlatim, Laksamana Pertama TNI Aan Kurnia dalam suatu upacara militer gabungan yang berlangsung di Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya, Senin (02/12/2013).
Dispenarmatim dalam surat elektroniknya kepada LICOM mengungkapkan, jajaran Koarmatim yang tergabung dalam Operasi Tameng Hiu-13 berhasil mengagalkan upaya penyelundupan senjata api lewat laut di perairan perbatasan Republik Indonesia dengan Malaysia, Minggu (28/07/2013).
Opersi Tameng Hiu-13 digelar Gugus Tempur Laut (Guspurla) Koarmatim mengintegrasikan seluruh komponen kekuatan yang tergabung dalam Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) TNI AL, baik dari unsur-unsur kapal perang maupun kekuatan pangkalan di daerah perbatasan.
Terintegrasinya operasi Tameng Hiu dengan satuan tugas lain terbukti efektif dan membuahkan hasil dengan ditemukannya dua pucuk senjata api pabrikan (Home Industri) mirip MP-5/UZI oleh Tim Satgas Intelijen Pangkalan Angkatan Laut Nunukan.
Kejadian bermula ketika tiga tim Satgas Intel Lanal Nunukan dipimpin Kapten Laut (KH) Dominikus Tedju menggunakan perahu Patroli Keamanan Laut (Patkamla) Pos Angkatan Laut (Posal) Sei Nyamuk dan perahu nelayan, melakukan patroli di perairan Suar Karang Unarang, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur.
Tim Satgas berusaha mendekati dua speed boat yang sedang melakukan aktivitas mencurigakan di perairan perbatasan RI Malaysia tersebut. Melihat adanya petugas datang patroli TNI AL datang, kedua speed boat langsung pergi dengan kecepatan tinggi kearah Pulau Sipadan Ligitan. Petugas mendeteksi speed boat mencurigakan itu membuang suatu benda ke laut dengan maksud mengalihkan perhatian petugas.
Sasaran berhasil lolos ke perairan negara tetangga, namun tim satgas fokus terhadap benda yang di buang ke laut tersebut dan memberi tanda sekitar lokasi kejadian pada posisi 04 00 633 U – 118 04 965 S, sekitar perairan Karang Unarang, pada pukul 05. 30 Waktu Indonesia Bagian Tengah (WITA).
Setelah diadakan penyelaman ditemukan paket berupa bungkusan warna kuning. Setelah dibuka isi bungkusan tersebut berisi dua pucuk mirip MP-5/UZI kaliber 9mm, dua magzine tanpa peluru, satu popor lepasan (portabel) serta satu peredam.
Kedua senjata tersebut nomor serinya telah dirusak atau dihilangkan oleh para pelaku. Secara fisik senjata selundupan itu diperkirakan buatan home industri.
Sampai saat ini tim yang dibentuk Koarmatim telah mendeteksi beberapa tempat dari negara asal pembuat senjata tersebut, serta meneliti lebih jauh maksud dari upaya penyelundupan senjata api di perairan perbatasan tersebut. Kedua senjata hasil operasi saat ini telah dibawa ke Mako Koarmatim dan diserahkan secara resmi kepada Pangarmatim.
Pangaramatim Agung Pramono menyampaikan sambutan terkait dengan pelaksanaan Opersi Tameng Hiu-13. Operasi di bawah kendali Danguspularmatim yang melibatkan beberapa komponen SSAT Koarmatim.
Dengan keberhasilan tersebut, Pangarmatim menyampaikan penghargaan dan apresiasi kepada Komandan Gugus Tempur Laut Koarmatim beserta para prajurit yang ikut serta terlibat dalam Opersi Tameng Hiu-13.
“Terungkapnya upaya yang diduga sebagai aksi penyelundupan senjata ini memberikan indikasi bahwa keamanan wilayah perairan yurisdiksi nasional harus terus dijaga. Karena tidak menutup kemungkinan hal ini terjadi di wilayah dan waktu yang lain. Keberhasilan ini patut dipertahankan dan ditingkatkan, karena eskalasi ancaman ke depan akan semakin kompleks dengan modus operandi yang beragam,” kata Pangarmatim Agung Pramono.
Agung Pramono menekankan, dalam operasi-operasi yang akan datang agar terus dilaksanakan koordinasi yang ketat dan terintegrasi di antara satuan di pangkalan dengan unsur yang beropersi di laut. Dengan demikian, pelaksanaan operasi akan dapat membuahkan hasil yang optimal.
Saat ini, jajaran Koarmatim terus meningkatkan operasi di perairan timur Indaonesia, khususnya di perbatasan dengan negara tetangga.
Skala operasi akan terus ditingkatkan melibatkan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) yang tergabung dalam SSAT mulai dari unsur kapal perang, pesawat udara dan helikopter TNI AL, Marinir dan Pangkalan.
Target operasi juga dikembangkan tidak hanya fokus pada aksi pencurian ikan (Illegal Fishing) namun juga difokuskan pada aksi penyelundupan senjata, Narkoba dan kegiatan infiltrasi lewat laut.
“Dampak penyelundupan senjata, jika sampai ketangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab dapat menimbulkan kerawanan sosial, ganguan kemanan dan separatisme yang sengaja di lakukan oleh pihak-pihak yang tidak senang dengan pemerintah RI,” kata Pangarmatim. (LensaIndonesia)