Pendaratan Pasukan Tempur TNI di Sangatta. | Foto: Dok. Puspen TNI |
Sangatta dan kawasan udara serta perairan sekitarnya sering menjadi arena berbagai latihan perang TNI, selain perairan itu juga banyak obyek vitalnya dan menjadi jalur penting pelayaran ke utara.
"Kami menyimak secara seksama hal yang disampaikan Bupati Kutai Timur, Isran Noor, tentang peningkatan status itu," kata Marsetio, saat meresmikan Monumen Kudungga, di Sangatta, Jumat.
Permintaan masyarakat setempat itu nanti akan dibahas dengan panglima TNI. Ada berbagai hal terkait yang perlu dibahas serius, mulai dari personel, sarana-prasarana, fasilitas pendukung pangkalan, dan hal-hal lain.
Diwacanakan, keputusan peningkatan status Pangkalan TNI AL Sangatta itu sudah selesai sebelum Latihan Gabungan TNI digelar di sana pada 2014.
"TNI sebenarnya sudah survey sejak 2005 di Sulawesi dan Papua namun Kutai Timur dinilai paling ideal untuk latihan gabungan TNI, baik untuk kegiatan pendaratan pasukan dari laut ke darat, penerjunan, penembakan laut ke darat, penembakan udara ke darat serta aktivitas pelatihan militer lain," kata Marsetio.
Monumen Kudungga yang dia resmikan itu, kata dia, bentuk persembahan TNI AL kepada masyarakat setempat yang selama ini telah memberikan perhatian terhadap pengembangan TNI AL di kawasan itu.
Nama Kudungga berasal dari satu kapal cepat bernama Kudungga dan satu pesawat helikopter militer yang diberikan Noor untuk memperkuat armada patroli TNI AL.
Kudungga tidak lain nama raja pertama di Kerajaan Mulawarman yang dikenal memiliki kekuasaan dan kewibawaan cukup luas di Nusantara, bahkan sampai menjelajah ke Asia Tengah.
Monumen Kudungga berisi satu tank amphibi yang masih aktif walaupun dibuat pada 1960, satu meriam kaliber 60 mm, dan satu jangkar bekas terpasang di kapal perang TNI-AL. (Antara)