Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (AP Photo/Achmad Ibrahim) |
Balasan surat Abbott sudah disampaikan kepada SBY, Kamis pekan lalu, menyusul sejumlah pemutusan kerja sama Indonesia-Australia. Namun, Sekretaris Parlemen Simon Birmingham dari Partai Liberal Abbott menepis kekhawatiran tersebut.
“Kami sudah memperkirakan Indonesia akan menggunakan waktunya, dan merespons dengan pertimbangan saksama, itu yang terjadi,” kata Birmingham kepada stasiun televisi Sky News, Selasa, 26 November 2013.
Birmingham mengatakan, Abbott telah meminta mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Australia, Letnan Jenderal Peter Leahy, untuk memberikan balasan surat itu langsung kepada pemerintah Indonesia.
Juru bicara Abbott mengatakan, Perdana Menteri merasa sangat tepat jika surat disampaikan dengan penghormatan yang penuh, mengingat pentingnya masalah yang dibahas dan penghormatan bagi Presiden SBY.
Namun, anggota Partai Buruh lainnya, Brendan O'Connor, mengatakan tidak penting bagaimana pesan itu dikirim sepanjang segala upaya terbaik telah dilakukan untuk memperbaiki hubungan. Dia mengatakan, jika semuanya berlangsung baik, SBY seharusnya sudah menelepon Abbott.
"Faktanya, perlu waktu lama bagi Indonesia untuk merespons. Dan ini yang mengkhawatirkan,” katanya kepada Sky News. “Jelas hal ini menunjukkan mereka kecewa dengan respons pemerintah hingga saat ini.”
Dia mengatakan, hubungan Australia-Indonesia mengalami kemunduran sejak pemilihan umum September lalu. Sebab, pemerintah Abbott gagal merespons dengan tepat dan cepat atas meningkatnya krisis diplomatik.
Pernyataan O'Connor langsung dikecam Birmingham yang menuduh Partai Buruh mengelak dari komitmen mereka untuk mendukung upaya pemerintah memperbaiki hubungan dengan Indonesia.
“Jika mereka hanya melempar kawat berduri, itu bukanlah menganggap serius hubungan dengan Indonesia, itu hanya oportunis semata,” katanya. (Tempo)