Wahai Saudaraku, Mari Bangun Papua Untuk Indonesia

Penulis : Drs Fathnan Harun, M.Si

AKU terjaga dari lelap ketika roda pesawat menyentuh landasan pacu Bandara Sentani, Jayapura. Kepalaku terasa berat, kulihat jam menunjukkan pukul 06.00 waktu Papua. Aku bersyukur bisa menginjakkan kakiku di bumi Papua sesuai inginku ketika aku berada di titik nol kilometer Kota Sabang, sepuluh tahun yang lalu. Aku jadi teringat sebuah lagu yang sering dinyanyikan di bangku sekolah dasar dulu. Liriknya sederhana, tapi menjadi legitimasi wilayah NKRI.


Dari Sabang sampai Merauke

Berjajar pulau-pulau

Sambung-menyambung menjadi satu

Itulah Indonesia


Engkau pasti ingat lagu itu, wahai Saudaraku. Ya! Lagu itu berjudul dari Sabang Sampai Merauke.

Sebuah mobil membawaku menuju Jayapura. Jalan menuju Jayapura terlihat bagus dan mulus, lebih bagus dari bayanganku selama ini. Kulihat saudaraku setanah air sudah mulai beraktivitas. Dalam perjalanan, kulihat Universitas Cendrawasih, salah satu universitas yang dimiliki negeri ini. Kuputuskan untuk mampir di sebuah rumah makan sambil menikmati keindahan Danau Sentani. Negeriku begitu indah dengan beragam suku dan adat-istiadat.


Tiba-tiba terlintas pertanyaan di benakku, Mengapa saudara-saudaraku yang berada di bagian paling Timur Indonesia ini sering merasa berbeda dengan yang lain. Apakah karena kulitnya berwarna hitam atau rambutnya yang keriting? Tidak. Ada saudara kita yang kulitnya juga berwarna hitam dan berambut keriting, mereka tinggal di Maluku dan di NTT. Mereka semua adalah saudara kita juga. Negeri kita memang bersuku-suku, yang bersatu menjadi bangsa Indonesia. Bukankah Amerika juga terdiri dari beragam ras? Ada yang berkulit putih, kulit merah, kulit hitam, dan kulit kuning. Mereka bersatu menjadi bangsa Amerika dan ternyata bisa menjadi bangsa yang maju.

Saudaraku ! Bukankah kalau bersuku-suku dan beraneka adat-istiadat itu justru menunjukkan kekayaan kita? Marilah kita bersatu dan tidak usah mempermasalahkan yang kecil-kecil. Sangat kontra produktif dan buang energi. Lebih baik kita bangun bersama untuk Indonesia. Aku ingin kita semua bahagia dan sejahtera. Olah raga bersama dan main bola bersama. Menjalin kasih sayang dan cinta. (Jurnas)