Pertahanan dirgantara Indonesia kini dilengkapi dua pesawat Sukhoi Su-27 tipe SK Upgrade yang tiba di Lapangan Udara Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur, Rabu (27/8) pagi tadi. Dalam waktu tiga pekan, dua kendaraan tempur itu siap diuji coba pilot dari pabrik asalnya, Rusia. Sebanyak enam pilot TNI Angkatan Udara juga segera datang dari Moskow setelah dilatih menerbangkan Su-27 selama dua bulan. Paket Sukhoi pun akan dilengkapi dua Su-30 yang bakal datang dari Rusia sekitar sepekan lagi, yang rencananya disusul kemudian dua helikopter Mi-35, September mendatang.
Menurut instruktur pesawat F-16 Mayor Penerbang TNI AU Agung Sasongko Jati, tujuan utama pembelian keenam alat tempur itu bukan untuk kekuatan militer. Sebab, lantaran jumlahnya sedikit, peralatan itu hanya diprioritaskan untuk mencetak penerbang-penerbang terlatih dan profesional. Keenam pilot yang sudah dilatih khusus nantinya ditugaskan menurunkan ilmunya kepada pilot-pilot. Targetnya, supaya pada akhirnya jumlah penerbang andal di Tanah Air meningkat. "Dalam waktu enam bulan, jumlah penerbang bisa meningkat sampai 16 orang. Jadi, kalau nanti beli pesawat lagi, penerbang-penerbang kita sudah siap," jelas Agung kepada Arief Suditomo, dalam dialog di Studio SCTV, Jakarta, Rabu (27/8) petang.
Target lain yang diyakini akan dicapai dengan pembelian paket Sukhoi, lanjut Agung, adalah meningkatkan martabat kedirgantaraan Indonesia yang selama ini dipandang sebelah mata. Seperti kasus lolosnya pesawat tempur Hornet F/A-18 milik AU Amerika Serikat di Pulau Bawean, Jawa Timur, awal Juli silam . "Dengan adanya Sukhoi, maka kita membuat tekanan ke luar negeri agar berhati-hati memasuki wilayah kita," tegas pilot yang juga menerbangkan Hawk-200 itu. Menurut rencana, pesawat-pesawat tercanggih se-Asia Tenggara tersebut ditempatkan di pangkalan udara wilayah timur yang berbatasan dengan negara lain. Di Asia sendiri, baru beberapa negara yang dilengkapi Sukhoi, antara lain Malaysia, India, Vietnam, dan Cina.
Memang, tambah pilot yang dijuluki Sharky ini, secara jumlah, Sukhoi tak mampu menambah kekuatan operasional TNI AU. Idealnya, komposisi tangguh pesawat tersebut bisa mencapai 100 unit Tapi dia meyakinkan bahwa kepemilikan Sukhoi tak kalah efektif dengan satu skuadron pesawat tempur jenis F-16 yang dimiliki TNI AU. Sebab, secara keseluruhan, Sukhoi jauh lebih unggul dibanding F-16, terutama yang tipe generic. Meskipun berbadan lebih besar, Sukhoi dengan gaya andalan patukan kobra-nya memiliki kemampuan tempur dan kelincahan lebih hebat dibanding F-16. "Dari segi radar, rudal, dan senjata-senjata lainnya, Sukhoi menang jauh," beber Agung. Ibaratnya, lanjut dia, F-16 versus Sukhoi seperti pertempuran antara pistol generasi sederhana dengan senapan serbu terbaru yang dilengkapi alat melihat di malam hari serta fasilitas canggih lainnya.
Su-27 dikenal sebagai pesawat tempur multifungsi, terutama fungsi air superiority atau keunggulan di udara. Pesawat dengan fungsi ini memiliki satu ciri khas yakni jarak jangkauan jelajahnya yang jauh, serta manuverabilitas yang tinggi. Su-27 memiliki kemampuan combat radius sejauh 1.500 kilometer serta jarak jelajah maksimal 4.000 km, alias sepersepuluh keliling bumi. Artinya, apabila ada pesawat Australia bermain-main di sekitar negara Timor Leste atau Papua, Su-27 mampu mencegatnya walaupun take-off pesawat itu dari Makassar, Sulawesi Selatan. Sementara Su-30, memiliki maximum operating range sampai 5.200 km dan kecepatan tertinggi mencapai 2,3 kali kecepatan suara.
Pengamat militer ini menyatakan, kemampuan Su-27 SK Upgrade setara dengan F-18 yang biaya operasinya dinilai terlalu mahal. Pesawat tempur yang mampu menandingi kecanggihan Su-27 cuma tipe-tipe terbaru seperti F-22 Raptor. Sementara Su-30 lebih unggul dibanding Strike Eagle dan F-15 Eagle. "Dalam segala aspek, Su-30 jauh lebih unggul sehingga bisa menjawab tantangan perang di masa depan," ucap Agung