Stress adalah kondisi kejiwaan, sebagai akibat dari ketidakmampuan seseorang menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sehingga tidak terdapat keseimbangan di dalam jiwanya, yang dapat menimbulkan tindakan menjurus kea rah yang negative, bahkan bisa membawa pada kematian.
Anggapan bahwa stress merupakan ciri masyarakat modern tidakalah sepenuhnya benar, karena stress dapat dialami oleh setiap orang, dimanapun, kapanpun dan dilingkungan masyarakat apapun, tak terkecuali dilingkungan prajurit, baik yang berada di home base terlebih yang di daerah operasi.
Apabila seorang prajurit tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya ataupun dengan tugas-tugas yang dihadapi, maka tidak tertutup kemungkinan prajuri tersebut akan terkena stress, baik lantaran takut saat menanti kontak dengan musuh, memikirkan keluarga yang ditinggalkan, banyaknya kawan yang gugur, terlambatnya dukungan logistic, kurangnya perhatian komandan, tertundanya kenaikan pangkat, lamanya penugasan dan lain-lain yang menimbulkan ksecewa dan rasa tidak puas. Bila stress tersebut tidak mampu diatasi prajurit, dapat menjurus kearah perbuatan/tindakan negative dan berbahaya yang menyimpang dari nilai-nilai Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.
Kebanyakannya stress berawal dari rasa frustasi dan kecewa yang mendalam karena hasrat dan keinginan tidak terpenuhi atau terhalang, baik keinginan atau kebutuhan biologis, psikologis maupun rohaniah. Dampaknya dapat berupa tindakan agresif, meskipun tidak selalu dinyatakan secara terbuka, bisa juga dalam bentuk mempertahankan diri, berkembang dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.
Meskipun prajurit debentuk, dididik, dibina dan dipersiapkan untuk menghadapi tugas-tugas berat yang penuh resiko, serta terikat dengan disiplin yang ketat, akan tetapi prajurit tetaplah manusia biasa, yang butuh rasa aman, kasih saying, perhatian, merasa diterima lingkungan dan lain sebagainya. Oleh karena itu bilamana tidak terdapat keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhannya dengan penugasannya akan dapat melahirkan frustasi bahkan stress.
Akibat stress bisa dalam bentuk cemas, agresif, apatis, depresi, perasaan penat, frustasi, merasa bersalah dan malu, perasaan mudah tersinggung dan berperangai jelek, mudah marah, kurang harga diri, tegang dan merasa terancam, gelisah dan kesepian.
Dari segi perilaku menjadikan orang stress mudah mengalami kecelakaan, terbiasa menggunakan obat, emosi mudah meledak-ledak, makanmelampaui batas atau sebaliknya kurang selera, merokok dan minum-minuman yang berlebihan, marah yang berkobar-kobar, tingkah laku implusif, berbicara lemah, tertawa-tawa, gelisah dan khawatir.
Akibat kognitif dari stress menjadikan seseorang kurang mampu mengambil keputusan dan konsentrasi, sering lupa, sangat sensitive untuk dikritik dan terjadi mental blok. Sedangkan dari segi organisasi gejala stress terlihat dari perilaku prajurit yang suka membolos, kurang produktif, tingkat kecelakaan meningkat, banyak yang minta pindah, suasana oraganisasi/kesatuan kurang menyenangkan, pertentangan, hasil kerja kurang memuaskan, dan lain-lain.
Akibat stress dari segi fisiologik faali terlihat dari bertambahnya kadar gula dalam darah, denyut jantung bertambah cepat dan tekanan darah naik, sukar bernafas, terasa tenggorokan tersumbat, anggota badan menjadi kaku, tak berdaya. Adapun dari segi kesehatan akan berakibat timbulnya asma, sakit dada dan punggung, diare, lemas dan pusing-pusing, mulas, sering kencing, sakit kepala yang sering, neorotic, mimpi buruk, sukar tidur, psikosis, gangguan psikosomatik, diabetes mellitus, sakit kulit, bisulan dan kehilangan gairah seks dan menjadi lemah.
Melihat begitu banyaknya dampak yang merugikan akibat stress sebagaimana diuraikan di atas, maka sepatutnyalah kita mencari alternative pemecahan dari berbagai permasalahan yang dihadapi. Baik dengan cepat berubah pikiran, keadaan dan situasi agar tidak larut dalam suaru khayalan yang tidak perlu, atau dengan membuka diri dengan cara bertukar pikiran, serta menumbuhkan keberanian yang kuat dalam diri bahwa hidup merupakan tantangan yang mesti dihadapi.
Upaya mencegah dan mengatasi stress lainnya yang selektif dan biasa dilakukan di lingkungan prajurit adalah melalui pembinaan mental atau rohani. Dengan melalui pendekatan agama, maka semua permasalahan hidup yang dirasakan jadi bebana dikenmbalikan kepada Tuhan YME, Tuhan Yang Maha Mengatur segala sesuatunya, sehingga menyadari bahwa diri ini adalah mahkluk yang lemah, yang sudah ditakdirkan oleh - Nya, dan kepada - Nya kita berserah diri.
(*Mayor Caj Hikmat Israr-
Pamen Disbintalad
Kebanyakannya stress berawal dari rasa frustasi dan kecewa yang mendalam karena hasrat dan keinginan tidak terpenuhi atau terhalang, baik keinginan atau kebutuhan biologis, psikologis maupun rohaniah. Dampaknya dapat berupa tindakan agresif, meskipun tidak selalu dinyatakan secara terbuka, bisa juga dalam bentuk mempertahankan diri, berkembang dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.
Meskipun prajurit debentuk, dididik, dibina dan dipersiapkan untuk menghadapi tugas-tugas berat yang penuh resiko, serta terikat dengan disiplin yang ketat, akan tetapi prajurit tetaplah manusia biasa, yang butuh rasa aman, kasih saying, perhatian, merasa diterima lingkungan dan lain sebagainya. Oleh karena itu bilamana tidak terdapat keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhannya dengan penugasannya akan dapat melahirkan frustasi bahkan stress.
Akibat stress bisa dalam bentuk cemas, agresif, apatis, depresi, perasaan penat, frustasi, merasa bersalah dan malu, perasaan mudah tersinggung dan berperangai jelek, mudah marah, kurang harga diri, tegang dan merasa terancam, gelisah dan kesepian.
Dari segi perilaku menjadikan orang stress mudah mengalami kecelakaan, terbiasa menggunakan obat, emosi mudah meledak-ledak, makanmelampaui batas atau sebaliknya kurang selera, merokok dan minum-minuman yang berlebihan, marah yang berkobar-kobar, tingkah laku implusif, berbicara lemah, tertawa-tawa, gelisah dan khawatir.
Akibat kognitif dari stress menjadikan seseorang kurang mampu mengambil keputusan dan konsentrasi, sering lupa, sangat sensitive untuk dikritik dan terjadi mental blok. Sedangkan dari segi organisasi gejala stress terlihat dari perilaku prajurit yang suka membolos, kurang produktif, tingkat kecelakaan meningkat, banyak yang minta pindah, suasana oraganisasi/kesatuan kurang menyenangkan, pertentangan, hasil kerja kurang memuaskan, dan lain-lain.
Akibat stress dari segi fisiologik faali terlihat dari bertambahnya kadar gula dalam darah, denyut jantung bertambah cepat dan tekanan darah naik, sukar bernafas, terasa tenggorokan tersumbat, anggota badan menjadi kaku, tak berdaya. Adapun dari segi kesehatan akan berakibat timbulnya asma, sakit dada dan punggung, diare, lemas dan pusing-pusing, mulas, sering kencing, sakit kepala yang sering, neorotic, mimpi buruk, sukar tidur, psikosis, gangguan psikosomatik, diabetes mellitus, sakit kulit, bisulan dan kehilangan gairah seks dan menjadi lemah.
Melihat begitu banyaknya dampak yang merugikan akibat stress sebagaimana diuraikan di atas, maka sepatutnyalah kita mencari alternative pemecahan dari berbagai permasalahan yang dihadapi. Baik dengan cepat berubah pikiran, keadaan dan situasi agar tidak larut dalam suaru khayalan yang tidak perlu, atau dengan membuka diri dengan cara bertukar pikiran, serta menumbuhkan keberanian yang kuat dalam diri bahwa hidup merupakan tantangan yang mesti dihadapi.
Upaya mencegah dan mengatasi stress lainnya yang selektif dan biasa dilakukan di lingkungan prajurit adalah melalui pembinaan mental atau rohani. Dengan melalui pendekatan agama, maka semua permasalahan hidup yang dirasakan jadi bebana dikenmbalikan kepada Tuhan YME, Tuhan Yang Maha Mengatur segala sesuatunya, sehingga menyadari bahwa diri ini adalah mahkluk yang lemah, yang sudah ditakdirkan oleh - Nya, dan kepada - Nya kita berserah diri.
(*Mayor Caj Hikmat Israr-
Pamen Disbintalad